"Sedekah Sampah” : Inovasi Posyandu Tangani Stunting dan Sampah - DESA REMBES

Rembes, 19 Juli 2025 - Stunting masih menjadi tantangan besar dalam dunia kesehatan masyarakat Indonesia. Kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis ini berdampak pada tumbuh kembang anak secara fisik maupun kognitif. Di sisi lain, tumpukan sampah rumah tangga, khususnya sampah anorganik seperti botol plastik, kardus, dan kaleng, terus menjadi masalah lingkungan yang belum tertangani dengan maksimal. Berangkat dari dua persoalan tersebut, lahirlah sebuah inovasi sosial yang menyentuh dua aspek sekaligus yaitu program “Sedekah Sampah” untuk penurunan stunting di Posyandu.

Mengubah Sampah Jadi Sedekah Bergizi

Program “Sedekah Sampah” mengajak masyarakat menyumbangkan sampah anorganik bernilai jual ke Posyandu. Sampah yang terkumpul dijual ke bank sampah atau pengepul mitra, dan hasil penjualannya digunakan untuk membeli pangan bergizi bagi kelompok rentan stunting, seperti ibu hamil KEK, ibu menyusui, dan balita berat badan rendah.

Masyarakat kini tidak perlu mengeluarkan uang untuk bersedekah, cukup dengan memilah sampah yang biasa terbuang. Konsep ini tidak hanya mendorong kebiasaan baru dalam pengelolaan sampah, tetapi juga memperkuat nilai solidaritas sosial dan kepedulian terhadap gizi anak.

Tahapan Pelaksanaan Program

Program ini dilaksanakan dengan alur terstruktur, dimulai dari koordinasi antara Posyandu, pemerintah desa, puskesmas, dan mitra bank sampah. Setelah sosialisasi kepada masyarakat, pengumpulan sampah dilakukan secara berkala, biasanya saat kegiatan Posyandu.

Setelah sampah ditimbang dan dicatat, hasil penjualannya dialokasikan untuk membeli makanan bergizi seperti telur, tempe, sayur, dan buah segar. Bantuan pangan ini disalurkan bersamaan dengan kegiatan rutin Posyandu, disertai edukasi mengenai pengolahan makanan sehat dan pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Peran Aktif Berbagai Pihak

Kesuksesan program ini tidak lepas dari keterlibatan berbagai pihak:

  • Kader Posyandu: Mengelola program, mencatat donasi, dan membagikan bantuan.
  • Ibu-ibu PKK dan masyarakat: Sebagai donatur dan relawan.
  • Pemerintah Desa: Mendukung fasilitas, regulasi, hingga alokasi dana desa.
  • Puskesmas: Menyediakan data gizi dan mendampingi edukasi.
  • Bank Sampah dan pengepul: Mitra penjualan sampah.
  • Tokoh masyarakat dan Karang Taruna: Menggerakkan partisipasi warga dan promosi program.

Sasaran Penerima Manfaat

Penerima bantuan dipilih berdasarkan data pemantauan Posyandu dan kriteria risiko stunting, seperti:

  • Ibu hamil dengan KEK,
  • Ibu menyusui dari keluarga prasejahtera,
  • Balita dengan berat badan rendah atau stagnan,
  • Keluarga miskin terdata di DTKS.

Hasil Nyata dan Dampak Jangka Panjang

Program ini telah menunjukkan hasil positif, seperti:

  • Meningkatnya partisipasi warga dalam menyumbangkan sampah.
  • Tersalurkannya paket pangan bergizi ke puluhan keluarga.
  • Terintegrasinya kegiatan ini dengan layanan Posyandu rutin.
  • Terbentuknya kas sosial mandiri berbasis hasil sampah.

Dampak jangka panjangnya pun menjanjikan:

  • Perbaikan status gizi ibu dan balita.
  • Penurunan risiko stunting secara lokal.
  • Peningkatan kepedulian lingkungan dan budaya memilah sampah.
  • Tumbuhnya semangat gotong royong dan kemandirian komunitas.
  • Potensi besar untuk direplikasi ke RT, dusun, atau desa lain.

“Sedekah Sampah” bukan sekadar inovasi kesehatan masyarakat, melainkan gerakan perubahan sosial yang murah, mudah, dan berkelanjutan. Dengan menjadikan sampah sebagai sumber daya, program ini telah membuktikan bahwa solusi atas masalah besar bisa dimulai dari hal kecil—asal dilakukan bersama-sama.