Kentub Mlenting: Inovasi Skrining TBC untuk Tekan Stunting di Tingkat Desa - DESA REMBES
Rembes, 17 Juli 2025 — Stunting masih menjadi tantangan besar dalam pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting secara nasional masih mencapai 21,6%. Artinya, satu dari lima anak balita mengalami gangguan pertumbuhan kronis yang dapat berdampak jangka panjang terhadap perkembangan fisik, kognitif, hingga produktivitas generasi mendatang.
Di balik masalah stunting, terdapat faktor multidimensi yang saling terkait. Selain kekurangan asupan gizi, infeksi kronis seperti Tuberkulosis (TBC) menjadi salah satu penyebab yang seringkali terabaikan. TBC bukan hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak — terutama mereka yang sudah dalam kondisi gizi buruk. Infeksi TBC pada anak menyebabkan nafsu makan menurun, gangguan penyerapan nutrisi, hingga berat badan stagnan — kondisi yang secara langsung berkaitan dengan stunting.
Melihat kondisi ini, Puskesmas Bringin menghadirkan program inovatif “Kentub Mlenting” (Kejar Tuberkulosis Melalui Stunting), sebagai pendekatan kolaboratif lintas program antara unit TBC dan gizi. Program ini menyasar balita dengan risiko stunting untuk dilakukan deteksi dini dan skrining TBC secara terintegrasi di Posyandu.
Mengapa Kentub Mlenting Diperlukan?
Selama ini, kasus TBC pada anak kerap tidak terdiagnosis secara dini karena gejala yang tidak khas dan sering dianggap sebagai penyakit biasa. Dalam banyak kasus, diagnosis baru ditegakkan setelah anak mengalami gagal tumbuh atau malnutrisi kronis. Karena itu, intervensi pencegahan dan penanganan stunting perlu mencakup skrining infeksi TBC sebagai bagian dari solusi komprehensif.
Sinergi Peran dan Kolaborasi
Program “Kentub Mlenting” melibatkan berbagai pihak di tingkat desa dan fasilitas layanan kesehatan. Berikut peran masing-masing:
- Kader Posyandu melakukan identifikasi awal terhadap balita berisiko, mencatat pertumbuhan, dan memberikan edukasi kepada orang tua.
- Petugas Puskesmas (dokter, bidan, petugas gizi, dan programer TBC) melakukan pemeriksaan lanjutan, menyediakan layanan penunjang diagnosis, serta mengoordinasikan pengobatan dan pelaporan.
- Petugas Laboratorium memproses sampel untuk memastikan diagnosis secara cepat.
- Orang tua balita berperan aktif dalam mendukung proses pemeriksaan dan pengobatan jika diperlukan.
- Dinas Kesehatan Kabupaten memberi dukungan logistik dan teknis, serta menyatukan program gizi dan TBC dalam sistem pelaporan yang terintegrasi.
- Pemerintah Desa mendorong pelaksanaan program lewat fasilitasi kegiatan Posyandu dan pengalokasian dana desa.
- Tokoh masyarakat dan agama mendukung perubahan perilaku dan menghilangkan stigma terhadap penderita TBC.
- LSM dan mitra program membantu dari sisi edukasi, monitoring, serta dukungan pelatihan dan alat skrining.
Sasaran dan Penerima Manfaat
Program ini menyasar:
- Balita dengan risiko stunting, terutama yang mengalami berat badan stagnan atau gejala TBC.
- Ibu hamil dan menyusui dengan paparan TBC, agar penularan dapat dicegah sejak kehamilan.
- Anggota keluarga serumah, yang mungkin menjadi sumber penularan TBC.
- Masyarakat luas, melalui edukasi dan penguatan perilaku preventif.
Dampak dan Capaian Program
Melalui “Kentub Mlenting”, sejumlah dampak positif telah tercapai:
- Terlaksananya skrining TBC terintegrasi di Posyandu secara rutin pada balita yang mengalami gizi buruk atau stagnasi berat badan.
- Ditemukannya kasus TBC secara dini, baik pada anak maupun anggota keluarga lain, sehingga pengobatan bisa segera dimulai.
- Peningkatan akses balita terhadap layanan kesehatan dan gizi, termasuk pendampingan selama masa pengobatan.
- Tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya deteksi infeksi dan pencegahan stunting sejak dini.
Dampak Jangka Menengah dan Panjang
Program ini juga membawa dampak sistemik:
- Penurunan angka stunting akibat infeksi kronis, seiring dengan keberhasilan pengobatan TBC pada balita.
- Pemutusan rantai penularan TBC dalam rumah tangga.
- Penguatan Posyandu sebagai pusat deteksi dini infeksi penyebab stunting, bukan hanya tempat penimbangan rutin.
- Integrasi lintas program, antara gizi dan TBC di tingkat desa.
- Meningkatnya kesadaran preventif masyarakat, untuk menjaga kesehatan anak secara berkala dan menyeluruh.
“Inovasi Kentub Mlenting” menjadi bukti nyata bahwa upaya penurunan stunting tidak bisa berdiri sendiri. Perlu kolaborasi, edukasi, dan keberanian untuk menjangkau akar permasalahan yang sering tersembunyi. Dengan mendeteksi TBC lebih dini, kita tidak hanya menyelamatkan anak dari penyakit, tetapi juga mengembalikan hak mereka untuk tumbuh sehat, cerdas, dan bahagia.